9/30/2018

It's about your heart.

akan ada hari dimana kamu merenung dan berfikir mengenai kehidupanmu sendiri.
apa yang telah kamu lakukan selama ini dengan baik, apa kesalahan yang kamu pernah atau sering kamu lakukan, dan hal apa yang kamu inginkan dan rencanakan kedepannya. saat ini aku mengalami hal tersebut. saat ini... aku sedang menyesal akan sesuatu.
aku ini tipe orang yang tidak mudah akrab dan bergaul dengan orang lain. lebih suka suasana hening, sangat pendiam dan tertutup kepada orang lain. mungkin ini penyebab aku tidak punya teman akrab? yang aku punya hanya teman lama yang masih menjalin kontak denganku sampai sekarang saja. tapi aku bersyukur, dengan mereka aku bisa sedikit lebih terbuka dan aku mempercayai mereka. terkadang aku ingin bertemu dengan mereka, mengobrol dan bercerita secara langsung tanpa perantara aplikasi android. sebenarnya bukan dengan temanku saja aku bersikap seperti ini, dengan keluarga aku pun juga bersikap seperti itu. aku lebih banyak menghabiskan waktuku di kamar. di dalam kamar aku bebas melakukan apapun dan merasa lebih nyaman di dalam sana. aku tidur disana, makan disana, belajar disana, menonton disana, bermain disana, semuanya aku lakukan di dalam sana kecuali saat pergi ke kamar mandi dan menuju ke lemari pendingin, atau saat aku melakukan pekerjaan rumah yang biasa aku lakukan setiap hari seperti menyapu atau mengepel, mencuci piring, mencuci, menjemur...
aku lebih memilih menghabiskan waktu di kamar daripada bercakap dengan keluargaku.
adikku sekarang sudah mulai kuliah dan melanjutkan studinya di Serang. sekarang, di rumah ini hanya ada aku dan kedua orang tuaku. aku sibuk dengan duniaku sendiri. aku lebih memilih menonton anime, kartun, drama, fangirling, dan belajar, daripada berkumpul di ruang tamu karena sekedar sapa bagiku sudah cukup. aku dekat dengan maun, tapi tidak dengan paun. entahlah rasanya seperti aneh kalau dekat dengan beliau, canggung terkadang?
aku tidak belajar memahami paun seperti aku belajar memahami akuntansi. sedikit demi sedikit aku memahami beliau dan aku menyesal merasa aneh di dekatnya dan selalu mengartikan maksud beliau sebelah mata. sebenarnya, beliau lahir di keluarga yang tegas dan keras. paun dan kedua adiknya dididik begitu keras oleh bapaknya, sebutlah almarhum mbahku. begitu juga denganku, dididik dengan cara yang sama oleh paun. sewaktu kecil, aku dimanja tapi aku pun juga dididik tegas dan keras. sedari aku masuk TK, aku dicekoki banyak pelajaran yang seharusnya belum aku pelajari disana. bahkan sebelum masuk TK pun aku sudah lancar membaca, menulis, dan berhitung. lalu saat SD pun aku dilarang bermain setelah pulang sekolah. sehabis pulang sekolah, aku harus makan siang, lalu pintu kamar dikunci oleh paun. di kamar aku diajari berbagai macam pengetahuan dasar, sosial, dan yang paling sering dan membuatku muak adalah berhitung. ya, matematika. aku belajar perkalian sebelum guruku menyuruh untuk menghafalnya. jika yang lainnya masih di perkalian 1, aku sudah bisa sampai perkalian 3. jika yang lainnya sampai di perkalian 3, aku sudah sampai perkalian 5. mungkin ini alasan kenapa aku sempat membenci matematika. ajaran paun yang tegas dan terus memarahiku jika aku salah dalam berhitung, bahkan saat nilai ujianku mendapat 70, aku diomeli habis-habisan. anehnya saat ini aku menyukai matematika karena tiba-tiba merasa mudah menguasainya dan terasa akrab saat otak dan jariku bekerjasama dalam berhitung. aku penasaran jika tidak berhasil memecahkan soal, nilai sempurna pun sudah biasa aku dapatkan terutama saat aku SMA.

aku mulai mencoba mengerti sikap beliau yang aku rasa terlalu tegas. sejujurnya aku orang yang tidak suka marah dan tidak suka dimarahi. anehnya setelah aku masuk SMP, aku tidak pernah dimarahi beliau lagi. aku belajar sesukaku, aku bermain sesukaku, aku makan seinginku, aku tidur larut malam pun tidak masalah. semakin dewasa, semakin jarang omelan yang dilontarkan beliau. omelan itu terasa seperti kenangan saat ini. meskipun saat ini aku masih kena omel jika aku salah tentunya. beliau orang yang tegas dan keras tapi beliau sangat sayang kepada kami, anaknya. beliau pekerja keras, karena aku ingat dulu sewaktu beliau bekerja di salah satu perusahaan besar dan akhirnya drop out, beliau sempat menganggur dan bekerja seadanya. beliau juga pernah bekerja jauh di Bogor sampai-sampai sulit pulang untuk sekedar makan, tidur, mandi, dan berganti baju di rumahnya sendiri. saat itu, adikku di dalam kandungan maun dan aku yang dulunya terbiasa dimanja mencoba membiasakan diri dengan keadaan.

saat ini aku menyesal karena aku merasa bahwa paun itu sosok yang tidak aku kagumi. aku hanya melihat sisi buruknya dan terhalang melihat sisi kelembutan hatinya. harusnya aku tau bahwa hampir seluruh bapak di dunia ini memiliki sikap seperti itu dan sulit mengungkapkan kasih sayangnya.
aku tidak tau kalau saat aku kuliah lebih lama dari biasanya, beliau mengkhawatirkan aku. beliau bertanya kepada maun kenapa aku belum pulang dan menyuruhnya untuk menghubungiku. saat aku lembur bekerja, aku dapati beliau di teras rumah dan bilang kalau dia menungguku. saat gajiku habis, beliau selalu bilang untuk meminta uang kepadanya. saat aku berulang tahun, beliau mengirimiku ucapan lewat aplikasi, begitu manis meskipun terasa aneh karena tidak pernah aku mendengar beliau berkata seperti itu.

aku selalu beranggapan kalau beliau orang yang keras, tapi aku lupa kalau beliau juga orang yang ramah, berhati lembut, penuh perhatian meskipun tidak terus terang kepada kami putrinya. sampai aku merasa kalau aku adalah anak yang tidak berbakti, hanya menuntut, dan belum bisa membahagiakan orang tuaku. aku merasa bodoh, aku menyesalinya, dan akhirnya aku menangis sendiri sejadi-jadinya.

aku hanya ingin mengingatkan kalau orang tua adalah orang yang paling berharga, mengerti, penuh kasih sayang dan cinta, penuh kehangatan, selalu ada disampingmu, selalu mendoakanmu yang terbaik di dunia ini. lebih dari apapun kita sebagai anak adalah yang terpenting bagi mereka. semoga kita pun juga memprioritaskan kebahagiaan mereka seperti mereka selama ini yang selalu merawat, menjaga, memenuhi kita dengan hal-hal yang indah yang tidak bisa terjabarkan. aku harap kalian semua yang membaca tulisan ini terbuka hatinya untuk melihat sisi lain dari kedua orang tua kita. bukan sisi buruknya, namun sisi lembutnya.